SAATNYA BERSATU DI BAWAH NAUNGAN KHILAFAH |
Akhir-akhir ini wacana Islam Nusantara banyak menjadi
perbincangan. Sangat tidak jelas apa maksud dari wacana tersebut. Dengan adanya
wacana tersebut, mengesankan ada banyak sekali model dan macam agama Islam. Islam itu ya Islam, cuma satu, tidak ada Islam Jawa, Islam Madura,
Islam Sunda, dll... Tidak ada juga, Islam Palestina, Islam Malaysia, Islam
Nusantara, dll. Tuhannya satu, siapa? Allah... Nabinya satu, siapa? Nabi Muhammad.. Kitabnya juga satu, apa? Alquran... Negaranya juga satu? Nah ini yang bermasalah, negaranya ada
banyak. Dan ini yang sebenarnya menjadi agenda utama umat Islam, yaitu
menyatukan umat Islam kembali.
Mari kita berjuang bersama untuk menyatukan umat Islam sehingga umat Islam
benar-benar menjadi satu kesatuan yang utuh tidak mudah diadu domba dan
terpecah belah menjadi puluhan bagian sehingga karenanya umat Islam lemah dan
tak berdaya. Lihat saja kasus Rohingya, negara-negara muslim acuh tak acuh
tidak memperdulikan keadaanya. Padahal umat Islam adalah bersaudara, namun
kenapa hati nurani mereka mati? Jawabannya adalah karena racun nasionalisme. Sudah
umum diketahui bahwa bersatu kkita teguh bercerai kita runtuh. Dahulu umat
Islam disatukan oleh Ukhuwwah Islamiyah, namun kini kita terpecah belah oleh
paham Nasonalisme, paham beracun yang mematikan hati nurani.
Benar kita ini jumlahnya banyak, tapi bagaikan buih di lautan.
Kita lemah dan tak berdaya karena kita tidak bersatu.. Belajarlah dari Baginda Rasulullah
dan sahabatnya, yang menyatukan berbagai macam wilayah dalam satu kepemimpinan
yang satu, sehingga ukhuwah Islamiyah benar-benar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan. Sungguh ikatan kekauman, kesukuan atau kebangsaan telah Allah
gantikan dengan ikatan ukhuwah Islamiyah, ikatan akidah Islam yang tidak memandang
suku, ras, kaum atau bangsa, namun hanya memandang akidah Islam, selama Allah yang
Tuhannya dan Rasulullah adalah Nabinya maka kita adalah saudara, dimanapun
mereka berada, mereka tetap saudara kita. Beginilah yang Islam ajarkan.
Sungguh wacana Islam Nusantara memperparah kondisi kaum
muslimin, tidak jelas siapa sebenarnya yang pertama kali mewacanakan Islam Nusantara
tersebut. Dahulu, wali songo itu berjuang bersama untuk mengislamkan Nusantara,
bukan malah sebaliknya, meNusantarakan Islam. Kenapa sih kita ini alergi dengan
ke arab-araban? Toh Alquran itu berbahasa Arab, hadis juga berbahasa Arab, di
Syurga kelak, juga menggunakan bahasa Arab. Islam ini adalah agama
transnasional, kenapa musti dinasionalisasi?
Istilah transnasional sering digunakan dengan merujuk pada penggunaan istilah kejahatan transnasional, dengan konotasi lintas batas negara. Jika ada agama dan ideologi yang disebut sebagai agama dan ideologi transnasional, maka agama dan ideologi itu adalah Islam. Karena kalau Islam bukan agama transnasional, maka tidak ada ibadah yang dilakukan lintasnegara, seperti haji, umrah dan jihad. Kalau Islam bukan agama transnasional, pasti praktik ibadah kaum Muslim di Indonesia berbeda dengan kaum Muslim di Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan sebagainya. Namun, justru karena shalat, puasa, zakat dan hajinya sama, maka semuanya ini membuktikan, bahwa Islam adalah agama transnasional. Jadi, Islam adalah agama transnasional, kenapa musti dinasionalisasi?
Road To RPA Jakarta, GBK - HI, 30 Mei 2015.
Saudaramu, Muhammad Fathurrahman | 51ECFC96
ConversionConversion EmoticonEmoticon